my ubay

Sunday, May 29, 2011

makalah AIDS ( Acquired Immune Deficiency Syndrome


BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    ETILOGI
HIV merupakan penyakit retrovirus penyebab penyakit defisiensi imun ini. HIV ditemukan oleh Montagnier dkk pada tahun 1983.

B.     EPIDEMIOLOGI
Sampai juli 1993 telah dilaporkan 718.894 kasus AIDS dari 182 negara di dunia dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Sedangkan WHO memperkirakan sekitar 2,5 juta kasus AIDS dan 14 juta HIV positif dengan perincian Amerika Utara 1 juta; Amerika Latin 1,5 juta; Eropa Barat 0,5 juta; Eropa Timur dan Asia Tengah 50.000; Afrika Utara dan Timur Tengah 75.000; Afrika Sub Sahara 8 juta; Asia Timur dan Pasifik 25.000; Asia Selatan dan Tenggara 1,5 juta; dan Australia 25.000. diperkirakan pada tahun 2000 akan terdapat 40 juta HIV positif di seluruh dunia, termasuk 10 juta wanita dan anak-anak.
Di Indonesia kasus AIDS pertama kali ditemukan pada tanggal 5 april 1987 di Bali pada seorang wisatawan Belanda. Menurut Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Depkes RI, jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS (+) per Januari 2000 adalah 1080 kasus yang terdiri atas 794 kasus HIV (+) dan 286 kasus AIDS.

C.    PATOGENESIS
HIV masuk tubuh manusia terutama melalui darah, semen, dan secret vagina, serta transmisi dari ibu ke anak. 3 cara penularan HIV adalah sebagai berikut :
1.      Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan seorang pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80-90% total kasus sedunia.
2.      Kontak langsung dengan darah, produk darah,  atau jarum suntik. Transfusi darah/produk darah yang tercemar mempunyai resiko sampai >90%, ditemukan 3-5% kasus di dunia. Pemakaian bersama jarum suntik pecandu narkoba beresiko 0,5-1%, ditemukan 5-10% total kasus sedunia. Penularan melalui kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan mempunyai resiko 0,5% dan mencakup ,0,1% total kasus sedunia.
3.      Transmisi vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya melalui plasenta. Resikonya 25-40% dan terdapat 0,1% total kasus sedunia.


D.    MANIFESTASI KLINIS
Adalah kondisi yang ditetapkan sebagai AIDS
A. KEGANASAN  :
1. Sarkoma Kaposi
2. Limfoma Burkitt
3. Limfoma Immunoblastik
4. Limfoma Primer pada Otak
5. Kanker Leher Rahim Invasif

B. INFEKSI OPORTUNISTIK :
         1. Kandidosis pada bronkus, trakea, atau paru
         2. Kandidosis pada esofagus
         3. Kriptokokosis ekstra pulmonar
         4. Isospriasis pada usus bersifat kronis
         5. Pneumonia verkurens
         6. Toksoplasmosis pada otak

E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
            Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1.      Cara langsung, yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya dengan menggunakan mikroskop electron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus adalah polymerase chain reaction (PCR). Penggunaan PCR antara lain untuk :
a.       Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga menghambat pemeriksaan serologis.
b.      Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif.
c.       Tes pada kelompok resiko tinggi sebelum terjadi serokonversi.
d.      Tes konfirmasi untuk HIV – 2 sebab sensitivitas ELISA untuk HIV-2 rendah.

2.      Cara tidak langsung, yaitu dengan melihat respons zat anti spesifik, misalnya :
a.       ELISA, sensitivitasnya tinggi (98,1-100%). Biasanya memberikan hasil positive 2-3 bulan sesudah infeksi. Hasil positif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan western blood.
b.      Western Blood, spesifisitas tinggi (99,6-100%) namun pemeriksaan ini cukup sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak diperlukan untuk konfirmasi hasil pemerikasaan ELISA positif.
c.       Immunofluorescent assay (IFA)
d.      Radioimmunopraecipitation assay (RIPA)

F.     DIAGNOSIS

1.       Diagnosis dini infeksi HIV
Diagnosis ini ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium dengan petunjuk gejala klinis atau adanya perilaku beresiko tinggi. Untuk diagnosis HIV, yang lazim dipakai adalah ELISA, Western blood,  dan PCR.
2.      Diagnosis AIDS
AIDS merupakan stadium akhir infeksi HIV. Pasien dinyatakan sebagai AIDS bila dalam perkembangan infeksi HIV selanjutnya menunjukkan infeksi dan kanker oportunistik yang mengancam jiwa penderita.

G.    PENATALAKSANAAN
Mengingat hingga saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat mencegah serta obat yang dapat mengatasi masalah ini, maka upaya pencegahan merupakan cara yang paling tepat untuk menurunkan insiden penyakit ini. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1.      Pendidikan pada kelompok yang beresiko terkena AIDS
2.      Anjuran bagi yang telah terinfeksi virus ini untuk tidak menyumbangkan darah, organ atau cairan semen, dan mengubah kebiasaan seksualnya guna mencegah terjadinya penularan.
3.      Screening darah donor terhadap adanya antibodi HIV.





BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
     AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit sebagai akibat atas menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV melalui hubungan seksual, kontak langsung dengan darah, dan transmisi dari ibu ke anak, dimana penyakit ini dicirikan dengan timbulnya berbagai penyakit yang bersifat aportunistik seperti kandidosis pada esophagus dan dilihat dari keganasannya seperti limfoma primer pada otak.
     Mengingat  hingga saat ini belum ada vaksin yang dapat mencegah serta obat yang dapat mengatasi masalah IADS, maka upaya pencegahan merupakan cara yang paling tepat untuk menurunkan insiden penyakit ini, adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan seperti pendidikan pada kelompok yang beresiko terkena AIDS, dan anjuran bagi yang telah terinfeksi untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan penularan.

No comments:

Post a Comment