my ubay

Monday, December 31, 2012

IMUNISASI BCG (Bacillus Cellmete Guerin)


IMUNISASI BCG (Bacillus Cellmete Guerin)
  • Pengertian Imunisasi BCG (Bacillus Cellmete Guerin)

Vaksin BCG (Bacillus Cellmete Guerin) diperkenalkan sejak tahun 1950 dan sudah sejak lama diberikan kepada anak-anak usia sekolah di Inggris pada sekitar usia 14 tahun. Kebijakan ini diambil karena percobaan-percobaan yang dilakukan oleh Medical Research Council, yang dimulai sejak 1950, mengindikasikan bahwa cara seperti itu sangat efektif untuk mencegah terjadinya TBC selama paling tidak 15 tahun. Saat ini ada yang memandang bahwa vakksinasi untuk TBC tidak perlu lagi diberikan secara rutin karena tidak efektif dari segi biaya. Dan biarpun ada petunjuk pelaksanaan dari Departemen Kesehatan Inggris, kebijakan mengenai pemberian vaksin BCG masih berbeda-beda antar wilayah di Inggris. (Grifford,2008)
Masalah lain yang terjadi pada program vaksinasi untuk TBC adalah bahwa laporan tentang kemampuan dari vaksin ini memberikan perlindungan sangat nerbeda-beda, yaitu ada yang menyatakan bahwa efektifitasnya adalah 80%. Angka-angka ini didapatkan dari 10 percobaan yang dilakukan di seluruh dunia, sekalipun memang disisi lain juga tidak ada alas an mengapa hasil dari percobaan itu harus seragam karena lokasinya sendiri sudah jauh berbeda. Salah satu percobaan yang dilakukan di kawasan Amerika Utara untuk mengukuur efektivitas dari vaksin ini untuk bayi-bayi yang baru lahir mengestimasikan bahwa efektivitasnya adalah sekitar 75-80%. (Grifford,2008)
 BCG (Bacillus Cellmete Guerin), adalah vaksin hidup dibuat dari mycobacterium bovis yang dibiakkan selama 1-3 tahun, sehingga didapatkan basil yang tidak virulen, tetapi masih memiliki imunogenitas. Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, sehingga tidak diberikan pada pasien imunokompromise jangka panjang (leukemia, pengobatan steroid jangka panjang, HIV) Vaksin BCG menimbulkan sensitivitas terhadap tuberculin berkaitan dengan reaksi imunitas. Tujuan imunisasi BCG bukan untuk mencegah TBC, tetapi mengurangi resiko TBC berat, seperti TBC meningitis dan TBC miliar. (Muslihatun. 2010)
Diberikan pada bayi umur kurang dari atau sama dengan 2 bulan. Pemberian pada anak dengan uji Mantoux negative. Dosis untuk bayi (umur kurang dari 1 tahun0 adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. vaksin diberikan melalui suntikan intracutan di daerah insersio muskulus deltoideus kanan. Tempat ini dipilih dengan alas an lebih mudah (lemak subkutis tebal), ulkus yang terbentuk tidak mengganggu  struktur otot setempat dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis bila dibutuhkan. Efek proteksi terjadi 8-12 minggu setelah penyuntikan, bervariasi antara 0-80%. Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai, lingkungan dengan mycobacterium atipik atau factor penjamu. (Muslihatun. 2010)
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, di simpan pada suhu 2-8°C, tidak boleh beku, serta vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8 jam. Vaksin ulang tidak dianjurkan, efek proteksi 8-12 minggu setelah penyuntikan (0-80%). (Muslihatun. 2010)
Kontraindikasi pemberian imunisasi BCG natara lain reaksi tes Mantoux lebih dari 5 mm, sedang menderita infeksi HIV, atau resiko tinggi infeksi HIV, imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid, efek imunosupresif, pengobatan radiasi, keganasan sumsum tulang atau system limfe, gizi buruk, demam tinggi, infeksi kulit luas, pernah TBC dan kehamilan. (Muslihatun. 2010)
Rekomendasi pemberian imunisasi BCG, diantaranya memberikan pada anak umur kurang atau sama dengan 2 bulan. Untuk bayi yang kontak erat dengan penderita TBC (BTA +3), berikan INH profilaksis dulu. Bila sudah tenang, BCG bias diberikan. Tidak memberikan imunisasi BCG pada anak/bayi dengan imunodefisiensi. (Muslihatun. 2010)
Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan, mengingat beberapa hal berikut. Efektifitas perlindungannya hanya 40%, sekitar 70% kasus tuberculosis berat (meningitis) ternyata mempunyai parut BCG, kasus BTA positif pada usia dewasa di Indonesia cukup tinggi (25-36%) walaupun telah mendapatkan imunisasi BCG pada mas kanak-kanak. (Muslihatun. 2010)
  •  Efek Samping danKomplikasi

Imunisasi dengan menggunakan vaksin BCG selalu meninggalkan bekas luka kecil pada titik dimana injeksi dilakukan, sehingga seringkali vaksin ini diberikan pada bagian dalam dari lengan dan bukan di pundak. Biasanya akan membentuk benjolan kecil selama sekitar 2 minggu yang akan membesar dan kemudian mongering sehingga meninggalkan bekas luka. Kalau bekas luka suntikan itu sampai lebih parah daripada itu, maka bias jadi dikarenakan teknik penyuntikan yang kurang tepat, yaitu vaksin disuntikkan terlalu dalam.


IMUNISASI PADA BAYI DAN BALITA

 
Imunisasi

Imunisasi adalah uasaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. (Muslihatun.2010)
Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat system pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat menyebabkan infeksi. Dengan imunisasi anak menjadi terlindung dari infeksi. Oleh karena itu, imunisasi wajib diberikan. (Indarto. 2010)
  •   Tujuan Imunisasi  : Ada tiga tujuan utama oemberian imunisasi pada seseorang, yaitu mencegha terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, menghilangkan penyakit tertentu pada dari dunia (misalnya cacar), hanya mungkin pada penyakit yang ditularkan melalui manusia (misalnya difteri). (Muslihatun.2010). Untuk tujuan mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, ditempuh dengan cara memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun apabila terjangkit penyakit tersebut, anak tidak sakit karena tubuh cepat membentuk antibody dan mematikan antigen yang masuk tersebut. (Muslihatun.2010)
  • Cara Kerja Imunisasi : Imunisasi bekerja dengan cara merangsang pembentukan antibodi terhadap mikroorganisme tertentu tanpa menyebabkan seseorang sakit terlebih dahulu. Vaksinasi, zat yang digunakan untuk membentuk imunitas tubuh, terbuat dari mikroorganisme penyebab infeksi yang telah dimatikan atau dilemahkan sehingga tidak akan membuat penderita jatuh sakit. Vaksin kenudian dimasukkan ke dalam tubuh yang biasanya dilakukan melalui suntikan. (Indarto. 2010). Sistem pertahanan tunuh kemudian akan bereaksi terhadap vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh tersebut, sama seperti apabila mikroorganisme menyerang tubuh, yaitu dengan cara membentuk antibody. Antibody kemudian akan membunuh vaksin tersebut layaknya membunuh mikroorganisme yang menyerang tubuh. Kemudian antibody akan terus berada di peredaran darah membentuk imunitas. Ketika suatu saat tubuh diserang oleh mikroorganisme yang samma denga yang terdapat di dalam vaksin maka antibody akan melindungi tubuh dan mencegah terjadinya infeksi.  (Indarto. 2010)
  • Jenis-Jenis Imunisasi : Imunisasi ada banyak macamnya : ada imunisasi wajib yang terdiri dari 5 macam antara lain BCG, Hepatitis B, Polio, DPT dan Campak, dan ada imunisasi yang telah dianjurkan terdiri dari 8 macam. Kedelapan macam imunisasi yang dianjurkan tersebut adalah Hib, PCV, Influenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A, Varisela dan HPV. (Indarto. 2010)
    •  Imunisasi BCG (Bacillus Cellmete Guerin) : Yaitu vaksinasi untuk menghindari penyeakit TBC alias Tuberkulosis. Vaksianasi diberikan kepada bayi sebelum usia 3 bulan. (Indarto. 2010)
    • Imunisasi Hepatitis B : Vaksinasi hepatitis B ditujukan untuk menghindari penyakit radang hati akut atau kerusakan pada hati dan juga kanker hati. Vaksin ini merupakan vaksin pertama yang diberikan kepada bayi, diberikan sesaat setelah kelahiran untuk mencegah tertularnya hepatitis B aktif dari ibu. Bayi akan mendapat suntikan ulang pada usia 1 bulan dan 5 bulan. (Indarto. 2010)
    • Imunisasi Polio : Polio adalah sejenis penyakit yag disebabkan oleh virus poliovirus dari genus enterovirus dan menyebabkan terjadinya kelumpuhan. Bayi akan mendapatkan imunisasi polio oral pada saat umur 2 bulan, 3-4 bulan, dan 4-6 bulan. (Indarto. 2010)
    • Imunisasi DPT ( Difteri Pertunis Tetanus) : Vaksinasi ini melindungi bayi dari difteri ─ penyakit pernafasan, tetanus ─ infeksi bakteri yang berpotensial fatal, dan pertusis ─ batuk rejan. Pemberian vaksin DPT bayi biasanya memiliki efek samping demam. Namun apabila anda memilih DPaT maka bayi tidak akan mengalami demam. Huruf “a” pada Pertusis adalah “aselular” bayi menerima keempat kali suntikan dalam selang waktu 2 sampai 18 bulan. (Indarto. 2010)
    • Imunisasi MMR ( Campak, Gondongan, Rubella): Vaksinasi MMR untuk menghindari tiga jenis penyakit yaitu campak ─ menyebabkan radang paru dan otak, rubella ─ menyebabkan cacat pada janin yang dikandung ibu, gondongan ─ dapat menyebabkan tuli. Peberian vaksin pada bayi dilakukan 2 kali, pertama pada usia 12-15 bulan dan kedua pada usia 4-6 tahun. (Indarto. 2010)
    • Imunisasi HIB (Hemofilus Influenza Tipe B) :Vaksinasi ini berfungsi untuk mencegah penyakit pneumonia (radang paru) dan radang selaput otak (meningitis). Vaksin ini diberikan pada saat bayi berusia 2 bula, 4 bulan, dan 6 bulan. (Indarto. 2010)
    • Imunisasi Influenza : Vaksinasi ini berfungsi melindungi anak dari penyakit flu yang disebabkan oleh virus influenza. (Indarto. 2010)
    • Imunisasi Varisella (Cacar Air): Adalah imunisasi yang ditujukan untuk mencegah penyakit cacar air yang disebabkan oleh virus varisella. Pemberian vaksin ini dilakukan pada bayi berusia diatas 1 tahun. (Indarto. 2010)
    •  Imunisasi Hepatitis A : Hepatitis A berbeda dengan hepatitis B. Penyakit ini ditularkan melalui makanan dan penyakit ini tidak menjadi kronis seperti yang terjadi pada hepatitis B. Vaksinasi dilakukan dua kali setelah usia 2 tahun. (Indarto. 2010)
    • Imunisasi Tifoid : Vaksinasi ini mencegah penyakit tifus. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmoella typhi yang masuk melalui makanan, kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Vaksinasi dilakukan pada anak berusia diatas 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun. (Indarto. 2010)
    • Imunisasi HPV : Vaksinasi ini untuk mencegah kanker mulut rahim. Vaksin diberikan tiga kali pada anak usia 11-12 tahun. (Indarto. 2010)


Friday, December 28, 2012

MAKALAH PONED DAN PONEK



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, merupakan suatu masalah yang sejak tahun 1990-an mendapat perhatian besar dari berbagai pihak. AKI di Indonesia tahun 2003 adalah 307/100.000 kelahiran hidup dan penurunan AKI pada tahun tersebut mencapai 32% dari kondisi tahun 1990. Keadaan ini masih jauh dari target harapan yaitu 75% atau 125/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 35/1000 kelahiran hidup pada tahun 2010 (Dinas kesehatan Provinsi Lampung, 2006 : 1).Penyebab kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. Menurut data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 sebab kematian ibu karena perdarahan 28%, eklamsi 24%, infeksi 11%, komplikasi puerperium 8%, emboli Obstetri 3% dan lain-lain 11%. Sedangkan penyebab kematian neonatal karena BBLR 29%, asfiksia 27%, masalah pemberian minum 10%, tetanus 10%, gangguan hematologi 6%, infeksi 5% dan lain-lain 13% (Rachmawaty, 2006 : 1)Upaya menurunkan AKI dan AKB beberapa upaya telah dilakukan. Upaya tersebut diantaranya adalah mulai tahun 1987 telah dimulai program safe motherhood dan mulai tahun 2001 telah dilancarkan Rencana Strategi Nasional making pregnancy safer (MPS). Adapun pesan kunci MPS adalah : (1) Setiap persalinan, ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih; (2) Setiap komplikasi Obstetri dan neonatal mendapatkan pelayanan yang adekuat; (3) Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Realisasi dari MPS tersebut di tingkat Puskesmas yang mempunyai dokter umum dan bidan, khususnya puskesmas dengan rawat inap dikembangkan menjadi Puskesmas mampu memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) (Koesno, 2004 : 3).Puskesmas mampu PONED menjadi tempat rujukan terdekat dari desa sebagai pembina bidan dan mendekatkan akses pelayanan kegawatdaruratan pada ibu hamil dan bersalin karena komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak dapat diduga atau diramalkan sebelumnya (Dinas Kesehatan Provinsi 2006 : 1). Pengembangan Puskesmas mampu PONED dengan melatih tenaga dokter, perawat dan bidan serta melengkapi sarana dan prasarana sesuai syarat-syarat yang telah ditetapkan diharapkan dapat mencegah dan menangani komplikasi kehamilan dan persalinan sehingga dapat menurunkan AKI dan AKB. Puskesmas Perawatan Panjang Kota dengan cakupan ibu hamil resiko tinggi 228 orang dari 1140 ibu hamil pada tahun 2006, (Laporan Puskesmas Rawat Inap KP Kotamadya Bandar Lampung 2007 : 1). Maka dari hasil evaluasi tahun 2006 Puskesmas Panjang ditunjuk untuk dikembangkan menjadi Puskesmas mampu PONED sejak bulan Oktober 2006 (Laporan Puskesmas Perawatan Panjang  2006 : Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menulis makalah yang berjudul  Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas


C.     Manfaat penulisan
1.      Manfaat teoritis
a.       Diharapkan makalah ini dapat menjadi kontribusi/ kajian wawasan ilmu pengetahuan dalam ilmu kebidanan khususnya tentang pelayanan obstetric  dan neonatal emergensi dasar (PONED) dan pelayanan obstetric dan neonatal emergensi komperhensif (PONEK).
b.      Dapat menjadi acuan bagi pengkajian selanjutnya.

2.      Manfaat praktis
a.       Manfaat bagi institusi
Merupakan input dalam memberikan bekal pengetahuan bagi mahasiswa
b.      Manfaat bagi mahasiswa
Untuk dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

  
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    PELAYANAN OBSTETRI NEONATUS ESENSIAL DASAR (PONED)

1.       PENGERTIAN PONED
PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar. PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang boleh memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED Puskesmas beserta penanggung jawab terlatih.
Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial  Dasar dapat dilayani oleh puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penangan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Puskesmas PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan antara kasus-kasus rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas non perawatan disipakan untuk mealkukuan pertolongan pertama gawat darurat obstetri dan neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan PONED.

2.      BATASAN DALAM PONED
Dalam PONED bidan boleh memberikan
a.       Injeksi antibiotika
b.      Injeksi uterotonika 
c.       Injeksi sedative
d.      Plasenta manual
e.       Ekstraksi vacuum
f.       Tranfusi darah
g.      Operasi SC 

3.      INDIKATOR KELANGSUNGAN DARI PUSKESMAS PONED 
a.       Kebijakan tingkat PUSKESMAS
b.      SOP (Sarana Obat Peralatan)
c.       Kerjasama RS PONED
d.      Dukungan Diskes
e.       Kerjasama SpOG
f.       Kerjasama bidan desa
g.      Kerjasama Puskesmas Non PONED
h.      Pembinaan AMP 
i.        Jarak Puskesmas PONED dengan RS
4.      TUJUAN PONED
PONED diadakan bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih dari 2 untuk memutuskan mata rantai rujukan itu sendiri. jam dan

5.      HAMBATAN DAN KENDALA DALAM PENYELENGGARAAN PONED
Hambatan dan kendala dalam penyelenggaraan PONED dan yaitu :
a.       Mutu SDM yang rendah
b.      Sarana prasarana yang kurang
c.       Ketrampilan yang kurang
d.      Koordinasi antara Puskesmas PONED dan RS PONEK dengan Puskesmas Non PONED belum maksimal
e.       Kebijakan yang kontradiktif (UU Praktek Kedokteran)
f.       Pembinaan terhadap pelayanan emergensi neonatal belum memadai

6.      TUGAS PUSKESMAS PONED
a.       Menerima rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya, Puskesmas pembantu dan Pondok bersalin Desa
b.      Melakukan pelayanan kegawatdaruratan obstetrik neonatal sebatas wewenang
c.       Melakukan rujukan kasus secara aman ke rumah sakit dengan penanganan pra hospital.

7.      SYARAT PUSKESMAS PONED
a.       Pelayanan buka 24  jam 
b.      Mempunyai Dokter, bidan, perawat  terlatih PONED dan siap melayani 24 jam
c.       Tersedia alat transportasi siap 24  jam
d.      Mempunyai hubungan kerjasama dengan Rumah Sakit terdekat dan Dokter Spesialis Obgyn dan spesialis anak sebagai  

8.       PETUGAS PELAKSANA PONED
a.    Dokter umum  2 orang
b.   Bidan  8 orang 
c.    Perawat 
d.   Petugas yang telah mendapat pelatihan PONED 

9.      PELAYANAN YANG DILAKSANAKAN
Pelayanan PONED
a.       Pelayanan KIA/KB
b.      Pelayanan ANC & PNC
c.       Pertolongan Persalinan normal
d.      Pendeteksian Resiko tinggi Bumil 
e.       Penatalaksanaan Bumil Resti 
f.       Perawatan Bumil sakit
g.      Persalinan Sungsang                       
h.      Partus Lama                                   
i.        KPD                                             
j.        Gemeli                               
k.      Pre Eklamsia                     
l.        Perdarahan Post Partum
m.    Ab. Incomplitus
n.      Distosia Bahu
o.      Asfiksia
p.      BBLR
q.      Hypotermia
r.        Komponen pelayanan maternal 
1)   Pre eklamsia/eklamsia 
2)   Tindakan obstetri pada pertolongan persalinan 
3)   Perdarahan postpartum 
4)   Infeksi nifas 
s.       Komponen pelayanan neonatal 
1)   Bayi berat lahir rendah 
2)   Hipotermi 
3)   Hipoglikemi 
4)   Ikterus/hiperbilirubinemia 
5)   Masalah pemberian nutrisi 
6)   Asfiksia pada bayi 
7)   Gangguan nafas 
8)   Kejang pada bayi baru lahir 
9)   Infeksi neonatal 
10)           Rujukan dan transportasi bayi baru lahir 

10.   FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN PONED PUSKESMAS ANTARA LAIN 
a.    Adanya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JKRS, Jamkesmas)
b.   Sistem rujukan yang mantap dan berhasil
c.    Peran serta aktif bidan desa
d.   Tersedianya sarana/prasarana, obat dan bahan habis pakai
e.    Peran serta masyarakat, LSM, lintas sektoral dan Stage Holder yang harmonis.
f.    Peningkatan mutu pelayanan perlu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan standart pelayanan minimal.


B.     PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPERHENSIF (PONEK)

1.   Pengertian PONEK
PONEK adalah Pelayan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif di Rumah Sakit, meliputi kemampuan untuk melakukan tindakan :
a) seksia sesaria,
b) Histerektomi,
 c) Reparasi Ruptura Uteri, cedera kandung/saluran kemih,
d) Perawatan Intensif ibu dan Neonatal,
 e) Tranfusi darah.            
2.   RS PONEK 24 Jam adalah RS yang memiliki kemampuan serta fasilitas PONEK siap 24 jam untuk meberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan nkomplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan Puskesmas PONED.
3.    Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permaslahan setiap kasus komplikasi kebidanan.