my ubay

Thursday, July 11, 2013

4 STRATEGI UTAMA DALAM "MAKING PREGNANCY SAFER"

4 Strategi Utama Dalam Making Pregnancy Safer 

4 Strategi Utama Dalam Making Pregnancy Safer :
  1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas yang cost-effective  dan berdasar bukti ilmiah
  2. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas sektor, dan mitra lainnya dalam melakukan advokasi untuk memaksimalkan sumber daya alam yang tersedia, serta memantapkan koordinasi perencanaan dan kegiatan MPS
  3. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu / bayi baru lahir serta pemanfaatan pelayanan yang tersedia
  4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
Rujukan : Departemen Kesehatan RI. Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) Di Indonesia 2001-2010. Jakrta 2001

Sunday, July 7, 2013

Asam Folat


            Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya meningkat dua kali lipat selama hamil. Asam folat sangat berperan dalam metabolisme normal makanan menjadi energi, pematangan sel darah merah, sintesis DNA, pertumbuhan sel, dan pembentukan heme (Sulistyawati, 2009:109)
            Fungsi dari asam folat menurut Mulya (2011:10) antara lain sintesis material untuk gen; metabolisme protein, kesehatan janin, tulang, rambut, sel darah merah, saraf, dan pencernaan; sistem kekebalan tubuh.
            Jenis makanan yang banyak mengandung asam folat adalah ragi, hati, brokoli, sayur berdaun hijau (bayam, asparagus), dan kacang-kacangan (kacang kering, kacang kedelai). Sumber lain adalah ikan, daging, buah jeruk, dan telur (Sulistyawati,2009:109)
            Preparat suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari pertama kehamilan karena otak dan sumsum tulang belakang dibentuk pada minggu pertama kehamilan. Dengan demikian, pemberian suplementasi harus dilaksanakan sebelum konsepsi terjadi. Besarnya suplementasi ialah 280, 660, dan 470 g per hari, masing-masing pada trimester I, II, dan III (Arisman,2009:19).

            Dampak kekurangan asam folat pada ibu akan menyebabkan ibu menderita anemia megaloblastik dengan gejala diare, depresi, lelah berat, dan selalu mengantuk. Jika kondisi ini terus berlanjut, dan tidak segera ditangani, maka pada janin akan terjadi berat bayi lahir rendah (BBLR), ablasio plasenta, dan kelainan bentuk tulang belakang janin (spina bifida) (Sulistyawati,2009:109).  Sedangkan kelebihan asam folat tidak menimbulkan efek samping karena zat ini larut dalam air (Wikia.2004)

Kalsium


     Kalsium terdapat cukup banyak dalam tubuh manusia, sebanyak dua persen dari seluruh massa tubuh yang hampir seluruhnya terkonsentrasi pada tulang dan gigi (Kotzman,2007:25).
            Pada masa kehamilan, zat ini sangat dibutuhkan terutama kala memasuki trimester kedua dan ketiga masa kehamilan. Pada trimester kedua itulah janin mulai tumbuh dengan pesat dibandingkan masa sebelumnya. Bahkan kecepatan pertumbuhannya diperkirakan mencapai 10 gram per hari (Nakita.2007).
            Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium untuk untuk menunjang tulang dan gigi serta persendian janin (Wahyuni, 2008). Selain itu, kalsium juga digunakan untuk membantu pembuluh darah berkontraksi dan berdilatasi. Kalsium juga diperlukan untuk mengantarkan sinyal saraf, kontraksi otot, dan sekresi hormon. Fungsi lainnya adalah sangat penting untuk tulang dan gigi, perkembangan jantung, saraf, dan otot. (Mulya,2011:11). Jika kebutuhan kalsium tidak tercukupi dari makanan, kalsium yang dibutuhkan bayi akan diambil dari tulang ibu (Sophia. 2009).
            Metabolisme kalsium selama hamil mengalami perubahan yang sangat berarti. Kadar kalsium dalam darah ibu hamil turun drastis sebanyak 5 %. Oleh karena itu asupan yang optimal perlu dipertimbangkan. Sumber utama kalsium adalah susu dan hasil olahannya, udang, sarden dalam kaleng, dan beberapa bahan makanan nabati, seperti sayuran warna hijau tua dan lain-lain. (Sulistywati,2009:109).
            Menurut Arisman (2009:21) asupan kalsium yang dianjurkan kira-kira 1.200 mg/hari bagi ibu hamil yang berusia diatas 25 tahun, dan cukup 800 mg untuk mereka yang berusia lebih muda.
            Gejala awal kekurangan kalsium adalah lesu, banyak keringat, gelisah, sesak napas, berkurang daya tahan tubuh, kurang nafsu makan, sembelit, berak-berak, insomnia, kram (Wida.2007)
            Dampak kekurangan kalsium bagi ibu dan janin menurut (Praharyawan.2012) antara lain :
·         Tulang ibu mudah keropos, bila lebutuhan akan kalsium selama hamil tidak dipenuhi dari luar, maka janin akan mengambil cadangan kalsium ibu yang tersimpan dalam tulang. Akibatnya, rangka tulang ibu lebih cepat menjadi rapuh karena saat itu terjadi demineralisasi tulang ibu. Nantinya ibu akan mengalami keropos tulang  lebih dini.
·         Pertumbuhan tulang janin tidak sempurna, kecuali kekurangan kalsiumnya sangat banyak, janin tidak akan merasakan dampaknya secara langsung. Bila hal itu terjadi, biasanya akan timbul gangguan elektrolit pada ibu yang secara tidak langsung juga berpengaruh pada janin. Dampaknya pertumbuhan janin dapat terganggu.
·         Duduk dan merangkak terlambat, pada bayi yang sudah agak besar, gejala kekurangan kalsium bisa berupa terlambatnya masa perkembangan kemampuan duduk dan merangkak. Bahkan sebagian bayi ada pula yang mengalami penundaan penutupan ubun-ubun (fontanel).
·         Rakitis, Penyakit tulang (rakitis) pada bayi umumnya disebabkan kandungan kalsium pada ASI yang diberikan pada bayi juga kurang. Bayi yang menderita rakitis biasanya mengalami gejala awal berupa kejang otot (tetanus).


Kelebihan kalsium juga akan berdampak buruk pada kesehatan ibu hamil. Menurut Arief (2008) terlalu banyak kalsium dapat berbahaya bagi tubuh. Tubuh tidak dapat menyerap kalsium bila tidak memiliki cukup magnesium dan fosfor. Magnesium dan fosfor mengubah bentuk kalsium sehingga dapat diserap tubuh. Kalsium dan magnesium diedarkan oleh tubuh melalui albumin dalam darah. Terlalu banyak kalsium akan membuat magnesium terdesak dari albumin sehingga tidak tersalurkan lewat darah dan tubuh akan kekurangan magnesium. Bila tidak cukup mendapat magnesium, ginjal tidak dapat memproses kalsium sehingga dapat terjadi endapan batu ginjal. 

Zat Besi

            Besi merupakan komponen hemoglobin yang sangat penting, senyawa pernafasan dalam sel-sel darah merah yang mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan dan organ tubuh (Yuliarti,2009:6).
             Menurut Almaitser (2009:250) besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia maupun hewan, yaitu sebanyak 3-5 mg di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai fungsi esensial di dalam tubuh : sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.
            Zat besi juga berfungsi untuk kesehatan dan pertumbuhan tulang dan gigi. Contoh bahan makanan yang mengandung zat besi adalah daging ikan, ayam, sayuran, buah, roti gandum (Mulya,2011:11)      
            Menurut Yuliarti (2009:6) di dalam tubuh, sebagian besar zat besi ditemukan dalam 2 jenis protein, yakni hemoglobin yang kita kenal sebagai HB dalam darah dan mioglobin dalam otot. Sementara zat besi dalam makanan terbagi menjadi 2 jenis, yakni dalam bentuk heme yang hanya terdapat dalam produk hewan dan yang kedua adalah bentuk non-heme yang terdapat baik pada bahan nabati maupun hewani.
            Kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat (untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah) sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1.040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg besi di transfer ke janin, dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Jumlah sebanyak ini tidak mungkin tercukupi hanya melalui diet. Karena itu, suplementasi zat besi perlu sekali diberlakukan bahkan kepada wanita yang berstatus gizi baik (Arisman,2009:16)
            Zat besi bagi ibu hamil penting untuk pembentukan dan mempertahankan sel darah merah. Kecukupan sel darah merah akan menjamin sirkulasi oksigen dan metabolisme zat-zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil. Selain itu, jika asupan zat besi sejak awal kehamilan cukup baik, maka janin akan menggunakannya untuk kebutuhan tumbuh kembangnya, sekaligus menyimpannya dalam hati sebagai cadangan sampai usia 6 bulan setelah dilahirkan (Anakku.2012).
            Menurut Almaitser (2009:257), kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka, di samping itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun.
            Menurut Yuliarti (2009:5), kekurangan besi juga dapat menyebabkan anemia. Anemia merupakan gejala penyakit yang kompleks. Anemia mungkin disebabkan oleh penurunan produksi maupun peningkatan penghancuran sel darah merah. Penurunan produksi sel darah merah dapat dikarenakan bahan yang digunakan untuk memproduksi sel darah merah kurang akibat asupan zat-zat pembentuknya tidak mencukupi.
            Kekurangan zat besi sejak sebelum hamil bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia. Kondisi ini meningkatkan risiko kematian pada saat melahirkan, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, janin dan ibu mudah terkena infeksi, dan keguguran (Anakku.2012).
            Defisiensi Fe atau anemia besi di Indonesia jumlahnya besar sehingga sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Program penanggulangan anemi besi, khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian Fe secara cuma-cuma melalui Puskesmas atau Posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar ibu-ibu hamilmasih rendah, maka program ini tampak berjalan lambat (Notoatmodjo,2007:227). 
            Sedangkan kelebihan besi jarang terjadi karena makanan, tetapi dapat disebabkan oleh suplemen besi. Gejalanya adalah rasa enek, muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala, mengigau, dan pingsan (Almaitser, 2009:259).

            Pemberian suplementasi preparat Fe, pada sebagian wanita menyebabkan sembelit. Penyulit ini dapat diredakan dengan cara memperbanyak minum, menambah konsumsi makanan yang kaya akan serat seperti roti, serelia dan agar-agar (Arisman,2009:17).

Zat Gizi

Pengertian Zat Gizi
            Zat Gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier,2009:3).
            Zat gizi merupakan unsur yang terkandung dalam makanan yang memberikan manfaat bagi kesehatan manusia. Zat gizi yang terkandung dalam makanan berbeda-beda antara makanan yang satu dengan yang lainnya, baik jenis zat gizi yang terkandung dalam makanan, maupun jumlah dari masing-masing zat gizi (Firdaus.2011).
  •       Pengertian Zat Gizi Mikro

            Mineral mikro terdapat dalam jumlah sangat kecil di dalam tubuh, namun mempunyai peranan esensial untuk kehidupan, kesehatan, dan reproduksi. Kandungan mineral mikro bahan makanan sangat bergantung pada konsentrasi mineral mikro tanah asal bahan makanan tersebut (Almaitser, 2009: 250).
            Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit namun mempunyai peranan esensial dalam tubuh. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan mg untuk sebagian besar mineral dan vitamin (Firdaus.2011).

            Contoh mineral mikro menurut Almaitser (2009:250) antara lain Besi (Fe), Seng (Zn), Iodium (J), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Krom (Cr), Selenium (Se), Molibden (Mo), Flour (F), Kobal (Co)., sedangkan menurut Mulya (2011), mineral mikro terdiri dari vitamin dan mineral. Vitamin tersebut antara lain Vitamin A, D, E, K, C, B1, B2, Niacin, B6, Asam Folat, B12, Biotin, dan Asam Pantotenat, dan untuk mineral sendiri antara lain kalsium, fosfor, magnesium, besi, sengm yodium, selenium, fluor, kromium, potasium.

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY “S” DENGAN BCB / SMK

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR
PADA BAYI NY “S” DENGAN BCB / SMK
DI PUSKESMAS PEMBANTU PATAMPANUA
TANGGAL 16 APRIL 2013

No. Register                : 80 / 12
Tanggal Partus            : 16 April 2013, pukul 15.00 wita
Tanggal Pengkajian     : 16 April 2013, pukul 15.20 wita

DATA SUBJEKTIF
1.    Identitas Bayi
Nama                           : By “S”
Tanggal lahir               : 16 April 2013, pukul 15.00 wita
Jenis kelamin               : laki-laki
BBL                            : 2900 gram

2.    Data pemenuhan kebutuhan nutrisi
a)      Nutrisi   
1.      Bayi diberi ASI
2.      Refleks menghisap baik
b)      Eliminasi
1.      BAK : 1 kali
2.      BAB : 1 kali
c)      Istirahat
Ibu mengatakan bayinya telah di teteki dan sedang tertidur
d)     Personal hygiene
1.      Kulit tampak bersih kemerahan
2.      Rambut kepala sempurna

DATA OBJEKTIF
1.    Keadaan umum      : baik
2.    Kesadaran              : composmentis
3.    BBL : 2900 gram, PBL : 48 cm dan jenis kelamin laki-laki
4.    TTV
Pernafasan       : 40 x/mnt       
Suhu                :  36,5 0C                                            
  Nadi               : 124 x/mnt                                         
5.    Pemeriksaan fisik
a.       Kepala
1.      Ubun-ubun besar belum tertutup dan tidak menonjol
2.      Rambut tipis dan halus, tidak ada caput dan cepal
3.      Hidung simetris kiri dan kanan
4.      Mulut normal dan lidah tampak bersih
5.      Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret
6.      Lingkar kepala : 33 cm
b.      Leher      : tidak ada trauma pada leher dan tidak ada benjolan
c.       Dada
1.      Seirama dengan gerakan nafas
2.      Puting susu ada
3.      Lingkar dada : 32 cm
d.      Abdomen         : tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat
e.       Genetalia          : testis sudah turun di scrotum
f.       Anus                 : lubang anus ada
g.      Ekstremitas      
1.      Bergerak aktif
2.      Jari-jari tangan dan kaki lengkap
3.      Kuku jari tangan dan kaki lengkap
h.      Refleks
1.      Refkeks morrow     (+)
2.      Refkeks rooting      (+)
3.      Refkeks suckling    (+)
4.      Refkeks graps         (+)
5.      Refkeks babinsky   (+)
i.        Kulit       : kemerahan

ASSESMENT
A.  Diagnosa Kebidanan
Bayi cukup bulan sesuai masa kehamilan
1.      Bayi cukup bulan
DS :
-         HPHT tanggal 23 Juli 2012
-         Ibu melahirkan tanggal 16 April 2013
          DO :
-         Tanggal pengkajian 16 April 2013
-         Bayi segera menangis, tidak ada caput ataupun cepal dan tidak ada cacat bawaan
-         Berat badan               : 2900 gram
-         Panjang badan           : 48 cm
-         Lingkar kepala          : 33 cm
-         Lingkar dada             : 32 cm           
-         Daun telinga lunak dan mau kembali
-         Ketuban lahir jernih tidak bercampur mekonium

Analisa dan Interpretasi Data
Dari HPHT tanggal 23 Juli 2012 dan melahirkan tanggal 16 April 2013 berdasarkar perhitungan rumus neagel didapatkan masa gestasi 38 minggu serta dari hasil pemeriksaan ketuban lahir jernih tidak bercampur mekonium dan bayi segera menangis yang menandakan bayi cukup bulan

2.    Sesuai Masa Kehamilan
DS :
-         HPHT tanggal 23 Juli 2012
-         Melahirkan tanggal 16 April 2013 jam 15.00 wita
-         Melahirkan pada umur kehamilan 38 minggu
       DO :
-         Bayi tampak bergerak aktif
-         Bayi segera menangis setelah lahir
-         Berat badan 2900 gram, PBL 48 cm, LK : 33 cm, LD : 32 cm
Analisa dan Interpretasi Data
Dari HPHT tanggal 23 Juli 2012 dan melahirkan tanggal 16 April 2013 berdasarkan perhitungan Neagel didaptkan masa gestasi 38 minggu dengan BBL 2900 gram, PBL 48 cm, LK : 33 cm, LD : 32 cm serta bayi tampak bergerak aktif dan segera menangis  menandakan bayi lahir sesuai masa kehamilan.

B.       Kebutuhan : perawatan pada bayi baru lahir dengan bayi cukup bulan dan sesuai masa   kehamilan.
C.       Diagnosa Potensial
1.      Potensial Hipotermi
DS : (-)
DO :
-          Bayi tampak menangis
-          Suhu 36,5 0C
              Analisa dan Interpretasi Data
       Bayi baru lahir memiliki lapisan lemak bawah kulit dan pusat pengaturan suhu belum  berfungsi sempurna sebab bayi masih beradaptasi dengan suhu di luar rahim dan dapat terjadi penurunan suhu tubuh saat proses persalinan dan kelahiran yaitu tangan dan kaki teraba lebih dingin dibandingkan dengan dada kehilangan panas bisa melalui konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi. (Vivian Nanny Lia Dewi.2010:04).

D.  Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien
1.      Mandiri
Rawat gabung bayi dengan ibunya dan tetap menjaga suhu tubuh dan kebersihan bayi
2.      Kolaborasi
Kolaborasi dengan keluarga untuk merawat bayi karena ibu masih dalam keadaan belum stabil dan sangat membutuhkan pendamping
3.      Rujukan
Tidak ada data yang mendukung

PENATALAKSANAAN
Tanggal 16 April 2013, pukul 15.25 wita

Tujuan
1.      Bayi dalam keadaan baik
2.      Tidak terjadi hipotermi
Kriteria
1.      Keadaan umum bayi baik
2.      TTV dalam batas normal
Pernafasan       : 30-60 x/mnt  
Suhu                :  36,5-37,5 0C                                    
Nadi                : 120-160 x/mnt
3.      Berat badan bertambah sesuai dengan umur
4.      Refleks menghisap dan menelan baik

1.    Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam keadaan baik
Rasional :
Menciptakan rasa saling percaya dan membuat ibu merasa lebih tenang dan senang
Hasil : ibu merasa senang dengan hasil pemeriksaan
2.    Membantu pemenuhan nutrisi bayi dengan pemberian ASI secara on demand (sesuai kebutuhan)
Rasional :
Dengan memberikan ASI maka dapat membantu dalam pemenuhan nutrisi bayi sesuai kebutuhan
Hasil : ibu mengerti dan bersedia menyusui bayinya
3.    Melakukan pemantauan dengan mempertahankan suhu tubuh bayi dengan memakaikan pakaian dan dibedong
Rasional :
Agar tidak terjadi kehilangan panas akibat konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi, melindungi kelembaban bayi dan aliran udara dan menghindari kehilangan panas yang berlebihan akibat perpindahan dari uterus yang hangat ke lingkungan yang lebih dingin.
Hasil : proses dilaksanakan dan ibu menerima penjelasan yang diberikan
4.    Melakukan perawatan tali pusat
Rasional :
Dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar maka dapat mencegah mikroorganisme yang dapat mengakibatkan infeksi dan mempercepat proses pengeringan dan puputnya tali pusat
Hasil : ibu bersedia melakukannya
5.    Mengobservasi tanda-tanda infeksi
Rasional :
Untuk mengetahui secara dini adanya infeksi sehingga memudahkan untuk melakukan tindakan
Hasil : tidak terdapat tanda-tanda infeksi
6.    Mengobservasi tanda-tanda vital
Rasional :
untuk mendeteksi secara dini adanya infeksi dan memantau perkembangan kesehatan bayi serta kondisi kesehatannya secara umum
Hasil : nadi : 124 x / menit, suhu : 36,5 0C, pernafasan : 40 x / menit
7.    Menimbang berat badan bayi
Rasional :
Dengan menimbang berat badan dapat menentukan apakah berat badan bayi normal atau tidak dan untuk mengetahui pertumbuhan bayi dan tingkat pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi.
Hasil : BB : 2900 gram
8.    Mengganti popok dan pakaian bayi tiap kali basah
Rasional : Agar mencegah terjadinya infeksi serta membuat bayi tetap merasa nyaman
Hasil      : ibu dan keluarga bersedia melakukannya
9.    Melakukan rawat gabung untuk menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan
Rasional :
Dengan melakukan rawat gabung ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat, ibu dapat memahami cara merawat bayi, suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk memberikan dukungan serta menjalin kehangatan emosional ibu dan bayi.
Hasil : terjadi hubungan yang lebih baik antara ibu dan bayi
10.    Ajarkan kepada ibu untuk mengetahui tanda-tanda bahaya bayi baru lahir seperti pernafasan sulit atau lebih dari 60 x /menit, demam, infeksi tali pusat, tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, menggigil serta kejang.
Rasional :
Dengan mengetahui tanda bahaya pada bayi ibu dapat memberikan pertolongan yang segera sesuai kebutuhan dan memperoleh perawat medis lanjutan

Hasil : ibu mengerti dan mau melaksanakannya dan akan ke petugas kesehatan atau bidan jika terdapat tanda bahaya pada bayinya.