my ubay

Tuesday, April 26, 2011

Strategi Memperluas Pendekatan Inovatif pada Program Kesehatan Reproduksi Remaja di Asia


Pendahuluan  
Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa tahun terakhir ini karena beberapa alasan:
  • Ancaman HIV/AIDS menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan reproduksi  remaja muncul ke permukaan. Diperkirakan 20-25% dari semua infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja1. Demikian pula halnya dengan kejadian PMS yang tertinggi di remaja, khususnya remaja perempuan, pada kelompok usia 15-292.
  • Walaupun angka kelahiran pada perempuan berusia di bawah 20 tahun menurun, jumlah kelahiran pada remaja meningkat karena pertumbuhan populasi remaja. Diperkirakan bahwa 40% dari semua anak perempuan berusia 14 tahun yang hidup akan hamil paling tidak sekali saat mereka berumur 20 tahun3.  Selain itu, sebagian besar mereka masih belum memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan seksual atau kesehatan reproduksi serta pelayanan yang dibutuhkan.
  • Bila pengetahuan mengenai KB dan metode kontrasepsi meningkat pada pasangan usia subur yang sudah menikah, tidak ada bukti yang menyatakan hal serupa terjadi pada populasi remaja.
  • Pengetahuan dan praktik pada tahap remaja akan menjadi dasar perilaku yang sehat pada tahapan selanjutnya dalam kehidupan. Sehingga, investasi pada  program kesehatan reproduksi remaja akan bermanfaat selama hidupnya.  
  • Kelompok populasi remaja  sangat besar; saat ini lebih dari separuh populasi dunia berusia di bawah 25 tahun dan 29% berusia antara 10-25 tahun.
Menanggapi hal itu, program aksi ICPD (alinea 7.41 sampai 7.48; lihat hal ix- xi) menyarankan bahwa respon masyarakat terhadap kebutuhan kesehatan reproduksi remaja haruslah berdasarkan informasi yang membantu mereka menjadi dewasa yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab.  
Walaupun telah diketahui secara luas kewajiban untuk memenuhi kebutuhan kesehatan seksual dan reproduksi remaja, tetap saja pelayanannya tertinggal jauh. Sebelumnya, telah ada proyek inovatif skala kecil, namun sangat sedikit usaha yang diambil untuk memperluasnya. Sebagai hasilnya, proyek skala kecil ini tidak memproduksi pola program yang dapat diterima secara luas untuk kesehatan reproduksi remaja. Pada saat bersamaan, ada keterbatasan pengalaman baik untuk manajemen program maupun implikasi terhadap sumber daya. Sehingga aksi proaktif dibutuhkan untuk memperluas inovasi ini dengan mulus dan cost-effective.
 
Strategi untuk Pembenahan
 
Secara umum, proses untuk memperluas inovasi baru melalui tiga fase: inovasi, demonstrasi dalam latar program yang realistis dan ekspansi yang luas 
Selama fase inovasi, efektivitas merupakan masalah utama. Pertanyaan kunci yang harus djawab adalah  --apakah tujuan itu dapat dicapai dan bagaimana? Efikasi program intervensi diidentifikasi melalui proses percobaan. Inovasi mungkin terjadi di banyak negara dan dilaksanakan di banyak organisasi dalam sebuah negara.
Sehingga, sangat bermanfaat untuk dokumentasi sebuah inovasi yang menjanjikan dan menyebarluaskan pengalaman dan pelajaran yang didapat.
 
Efisiensi menjadi masalah utama selama fase demonstrasi. Inovasi dilakukan untuk melihat apakah mereka dapat disederhanakan dan jika ada kegiatan yang tidak perlu atau tidak efektif dapat dihilangkan. Sehingga inovasi yang terencana ini dilakukan dalam latar program yang realistis untuk evaluasi dampak dan identifikasi  kegiatan yang dibutuhkan jika intervensi akan dilakukan dengan lebih luas.
 
Pada akhirnya, akan dikembangkan strategi perluasan. Bagaimana untuk memperluas dengan mempertahankan efektivitas dan efisiensi dari pengalaman yang didemonstrasikan menjadi fokus utama selama fase ini. Banyak manajer di tingkat menengah dan bawah butuh dilatih sebelum program intervensi dapat dilaksanakan dengan skala luas.
 
Dipandu dengan proses di atas, strategi ICOMP terdiri dari:

  1. Dokumentasi  program kesehatan seksual dan reproduksi remaja yang inovatif dan berhasil;
  2. Diseminasi temuan dari hasil tersebut;
  3. Lokakarya regional dan nasional untuk penyebaran yang lebih merata dari hasil dokumentasi dan advokasi kesehatan seksual dan reproduksi remaja;
  4. Jejaring (networking). Pembentukan jejaring untuk berbagi informasi dan keahlian serta pemberdayaan pada remaja yang aktif di bidang kesehatan seksual dan reproduksi;
  5. Pelatihan pada pelatih dan manajer, pengembangan kurikulum pelatihan, pelatihan petugas kesehatan dan konselor bekerja sama dengan lembaga ahli.
  6. Menjalin hubungan (linkages).  Bekerja sama dengan LSM, donor  dan pakar untuk memberikan bantuan kepada organisasi dan pemerintah diharapkan mampu memperluas proyek inovatif.
Dengan dukungan SIDA, ICOMP memulai dengan identifikasi dan dokumentasi dari  lima pendekatan inovatif pada kesehatan reproduksi remaja di Asia; India, Malaysia, Filipina, Sri Lanka dan Thailand. Dokumentasi meliputi tiga hal: (1)  pelayanan;  (2)  kebutuhan manajerial; dan  (3) biaya.
Sebagai tindak lanjut dari proses dokumentasi, sebuah lokakarya regional dengan dukungan SIDA, mengenai Pendekatan Inovatif dalam Program Kesehatan Reproduksi Remaja diadakan pada bulan Juni 1995. Lokakarya itu dihadiri oleh para inovator, manajer program, LSM, badan pemerintah dan internasional.




Pendidikan Kesehatan seksual dan reproduksi  (Sri Lanka)
Dengan dukungan dan kerjasama dari pihak sekolah, Asosiasi Keluarga Berencana Sri Lanka (Family Planning Association of Sri Lanka/FPASL) mampu memberikan topik pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi ke sekolah di Sri Lanka, lalu mencakup hampir 200.000 anak sekolah usia 14-18 tahun dengan informasi mengenai fisiologi, reproduksi, dan penyakit. Tujuan utama dari pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja dalam mendapatkan pengetahuan mengenai reproduksi, seksualitas, dan PMS termasuk HIV/AIDS.
Proyek ini merupakan program yang berbasis di sekolah di mana guru yang terlatih mengadakan sesi selama  3 jam pada topik yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi remaja menggunakan materi audio-visual yang beragam. Guru perempuan dengan pengalaman mengajar bidang sains dipilih sebagai guru proyek. Sebelum proyek berjalan, mereka menghadiri pelatihan 6 bulan dan mengembangkan materi KIE untuk digunakan dalam proyek. Kepala proyek membantu guru yang terlibat proyek yang bertanggung jawab untuk masalah administrasi dan mengatur semua keperluan organisasi untuk kelas mengajar. Mereka juga dilatih dalam program pelatihan 6 minggu.
 
Pencegahan AIDS melalui Pendidikan Nasional dan Konseling Informal: Menjangkau Remaja Bekerja di Pabrik (Thailand)
 
Walaupun Thailand mempunyai banyak pengalaman di bidang pencegahan HIV/AIDS, perhatian difokuskan untuk mengatasi peningkatan kejadian infeksi HIV pada remaja pekerja pabrik. Proyek itu merupakan upaya pertama untuk menjangkau kelompok remaja.
Ada tiga kegiatan utama dari  proyek: (1) Pengembangan materi pelatihan dan pendidikan untuk kelompok sasaran; (2) pelatihan pelatih; dan (3) pelatihan manajer atau pemilik  pabrik dan remaja pekerja pabrik.  
Proyek ini menyadari bahwa memiliki pengertian yang menyeluruh dari kesehatan reproduksi dapat memperkuat pemahaman mereka mengenai HIV/AIDS dan pencegahannya, sehingga membuat proyek pencegahan HIV/AIDS lebih efektif.  Untuk itulah, proyek akan mengadopsi pendekatan kesehatan reproduksi pada fase kedua dari pelaksanaan proyek. Pada saat bersamaan, akan ditekankan pada keterampilan pencegahan.
 
Young Inspirers (YI): Menjadikan Kesehatan Seksual dan Reproduksi Sebuah Isu Pada Remaja (India)

Nilai agama dan budaya sangat kuat mengakar di Lucknow, India. Dalam lingkungan inilah sekelompok remaja memberikan informasi dan konseling mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja. Sejak 1993, Young Inspirers (YI) telah membangkitkan partisipasi remaja melalui pendekatan partisipatoris dalam implementasi program. Remaja dapat menyampaikan minat mereka dan menyarankan cara mengatasi masalah. Mereka yang dijangkau oleh YI didorong untuk menyebarkan pesan ke keluarga dan teman mereka lalu menciptakan efek berulang.
 
Youth Advisory Centre (Malaysia)
Pusat Penasehat Remaja (Youth Advisory Centre/YAC) telah menyediakan ruang untuk remaja sejak 1979. Remaja yang datang ke YAC memiliki akses informasi, pelayanan (konseling dan keterampilan pelatihan), sebuah perpustakaan dan yang terpenting, seseorang yang mau mendengarkan mereka. YAC menjalankan kegiatan outreach di mana remaja di sekolah dan di luar sekolah terjangkau. Remaja di sekolah dididik mengenai kesehatan, seksualitas, komunikasi dan pemecahan masalah melalui bermain peran dan permainan sangat tenar. Lokakarya di pabrik khusus ditargetkan untuk remaja perempuan. Karena masalah peraturan, YAC tidak menyediakan pelayanan kontrasepsi. Namun demikian, YAC telah mengembangkan rujukan dengan dokter sukarela sehingga remaja memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan itu.
 
 
Development and Family Life Education for Youth (Filipina)
Program Pengembangan dan Pendidikan Kehidupan Keluarga Bagi Remaja (Development and Family Life Education for Youth) telah mampu mengumpulkan dukungan untuk kegiatannya karena mereka melaksanakannya dalam kenyataan kontemporer dari perilaku seksual remaja yang sensitif untuk budaya lokal.
Program ini terdiri dari Pusat Remaja yang diatur oleh sukarelawan remaja terlatih. Pusat ini dibuka setiap hari dari pukul 9 pagi sampai sore, dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan perpustakaan mini. Ruangan terpisah disediakan untuk pelayanan konseling dan hotline telepon. Ruang penerimaan dilengkapi dengan fasilitas audio-visual dan permainan dalam ruangan, digunakan untuk  focus group discussions, pertemuan dan seminar dan interaksi sosial. Sebagai tambahan pula, kegiatan outreach mencakup peningkatan pendapatan proyek juga dilakukan.
End notes
1  "The Health of Young People:  A Challenge dan a Promise".  World Health Organization, 1993.
2  Ibid.
3  Nafis Sadik (ed.), "Making a Difference:  Twenty-five Years of UNFPA Experience", UNFPA 1994, pp 25.

No comments:

Post a Comment