my ubay

Tuesday, April 26, 2011

Teknik Pencegahan Infeksi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Sebagai petugas kesehatan sudah selayaknya kita memproteksi diri kita agar tidak tertular infeksi. Pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada klien.Tujuannya untuk melindungi  petugas kesehatan itu sendiri.
Di masa lalu, fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan adalah mencegah infeksi. Infeksi serius pascabedah masih merupakan masalah di beberapa negara, ditambah lagi dengan munculnya penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) dan hepatitis B yang belum ditemukan obatnya. Saat ini, perhatian utama ditujukan untuk mengurangi resiko perpindahan penyakit, tidak hanya terhadap pasien, tetapi juga kepada pemberi pelayanan kesehatan dan karyawan, termasuk pekarya, yaitu orang yang bertugas membersihkan dan merawat ruang bedah. 
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari peralatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang di antara mikroorganisme dan individu (pasien atau petugas kesehatan). Dengan bekerja berdasarkan tujuan ini, maka berarti pemberi asuhan kesehatan melindungi pasien, lingkungan dan dirinya sendiri.





B.     TUJUAN PENULISAN

1.      Tujuan Umum
                Untuk mengetahui cara dan prinsip pencegahan infeksi.

2. Tujuan khusus
                Untuk mengetahui cara penanganan  prinsip pencegahan infeksi, yaitu :
                            1. Transmisi kuman
                            2. Tekhnik isolasi
                            3. Cuci tangan
                            4. Cara melindungi diri
                            5. Aseptic dan antiseptic


C.    MANFAAT PENULISAN

1.      Manfaat Teoritis
a. Sebagai  pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru khususnya ilmu kebidanan
                         b. Dapat menjadi acuan bagi pengkajian selanjutnya.
            2. Manfaat Praktis
                         a. Manfaat bagi institusi
Kepada institusi makala ini diharapkan dapat dijadikan bahan literature atau riverensi pembuatan makala selanjutnya
                         b. manfaat bagi mahasiswa
Kepada mahasiswa diharapkan sebagai sumber informasi dalam upaya penanganan pencegahan infeksi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI
1. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
 menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa gejala).
2.   Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
3. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus
dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan
 proses pencegahan infeksi secara benar.
4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
 diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
5. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga sekecil    mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang tepat .
            Tanda-tanda infeksi secara klinis dapat dilihat pada respon klinis lokal dan sistematik. Tanda klinis lokal : rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa sakit atau nyeri, tumor (pembengkakan), dan fungtiolaesa (keterbatasan anggota gerak).
            Ada beberapa hal yang perlu kita kaji dalam prinsip pencegahan infeksi, antara lain :


A.    TRANSMISI KUMAN
Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang dapat menimbulkan radang atau penyakit.proses tersebut melibatkan beberapa unsur,di antaranya:
1.        Reservoir merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme,dapat berupa manusia,binatang,tumbuhan maupun tanah.
2.        Jalan masuk merupakan jalan masuknya mikroorganisme ke tempat penampungan dari berbagai kuman,seperti saluran pernapasan,pencernaan,kulit,dan lain-lain.
3.        Inang (host)tempat berkembangnya suatu mikroorganisme ,yang dapat didukung oleh ketahanan kuman.
4.        Jalan keluar tempat keluar mikroorganisme, dari reservior, seperti sistem pernapasan,sistem pencernaan,alat kelamin,dan lain-lain.
5.        Jalur penyebaran merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman mikroorganisme ke berbagai tempat seperti air,makanan,udara,dan lain-lain.

Ø  CARA PENULARAN PENYAKIT INFEKSI
Bibit penyakit (mikroba pthatogen) dapat menular (berpindah) dari penderita, hewan sakit atau reservoir bibit penyakit lainnya, ke manusia sehat dengan beberapa:
1.      Melalui kontak jasmaniah (personal contact)
a)     Kontak langsung (direct contact)
Bibit penyakit menular karena kontak badan dengan badan antara penderita dengan orang yang ditulari.
Misalnya cara penularan:
·        Penyakit kelamin seperti: syphilis, gonorrhoea, lymphogranuloma venereum, AIDS.
·        Penyakit kulit : tinea versicolor (panu), scabies (kudis)
b)     Kontak tidak langsung (indirect contact)
Bibit penyakit menular dengan perantaraan benda-benda yang terkontaminasi karena telah berhubungan dengan penderita ataupun bahan-bahan yang berasal dari penderita yang mengandung bibit penyakitnya,seperti feces, urina, darah, muntahan dan sebagainya.
2.      Melalui makanan dan minuman(food borne infections)
Bibit penyakit menular dengan perantaraan makanan dan minuman yang telah terkontaminasi.penyakit-penyakit yang menular dengan cara ini,antara lain: cholera, thypus abdominalis, poliomyelitis, hepatitis infectiosa, dysenteri, penyakit-penyakit karena cacing, misalnya karena ascaries lumbricoides.

3.      Melalui serangga(arthropod borne infections)
Bibit penyakit menular melalu serangga (arthropoda).dalam hal ini serangganya pun dapat merupakan host (tuan rumah) dari bibit penyakitnya atau pun hanya sebagai pemindah (transmiter)saja.misalnya:
·        Malaria disebabkan oleh plasmadium sp, (protozoa) ditularkan oleh nyamuk anopheles sp.
·        Deman berdarah (dengue haemorrhagic fever) disebabkan oleh virus dengue ,ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.

4.      Melalui udara (air borne infections)
Penyakit yang  menular melalui udara ,terutama penyakit saluran pernapasan, seperti:
·        Melalui debu diudara yang mengandung bibit penyakit misalkan penularan penyakit tuberculosa paru-paru yang disebabkan oleh bakteri mycobacterrium tuberculosis.
·        Melalui tetes ludah halus (droplet infections)
B. TEKHNIK ISOLASI
Ada 3 poin utama yang perlu diingat untuk teknik isolasi :
1.      Teknik isolasi adalah sebutan untuk metode perawatan pasien dengan penyakit yang mudah tertular.
2.      Penting bahwa setiap orang bertanggung jawab dan menggunakan teknik isolasi yang tepat untuk mencegah penyebaran penyakit untuk orang lain.
3.      Seluruh benda-benda yang berhubungan dengan eksresi, sekresi, darah atau cairan tubuh yang mengandung mikroba yang sudah dikenal atau masih dalam dugaan harus dianggap terkontaminasi bahan-bahan potensial inspeksi, ini harus diberlakukan dengan cara khusus.

Ø  UNIT ISOLASI
Unit isolasi dapat berupa berupa ruangan khusus. Ruangan dengan fasiliitas cuci tangan dan ruangan yang berdampingan dengan  fasilitas kamar mandi dan toilet adalah unit isolasi yang terbaik. Ruangan khusus dianjurkan untuk pasien yang :
1.      Sangat infeksius
2.      Mempunyai higiene pribadi yang buruk
3.      Membutuhkan prosedur pengendalian udara yang khusus dalam kamar

              C. MENCUCI TANGAN
            Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan bidan atau petugas kesehatan dalam memberikan tindakan. Tindakan ini yang bertujuan untuk membersihkan tangan dari segala kotoran, mencegah terjadi infeksi silang melalui tangan dan persiapan bedah atau tindakan pembedahan agar miroorganisme yang dapat mengakibatkan infeksi tidak berpindah ke pasien, pengunjung, dan tenaga kesehatan. Sebaiknya waktu pencucian tangan dilakukan :
1.      Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
2.      Awal dan akhir dari perawatan persalinan bagi yang berada dalam ruangan maternity,  juga bagi perawatn pasien pre dan post operasi
3.      Sebelum menyediakan makanan dan menyuapi pasien
4.      Setelah menyentuh alat yang terkontaminasi
5.      Sebelum menyiapkan obat bagi pasien
6.      Sebelum memegang alat steril bagi pasien, yaitu pasien telah menggunakan urinal sebelum dan sesudah makan

            Adapun teknik –teknik mencuci tangan ada 3:
1)     Teknik mencuci biasa
Alat dan bahan:
·        air bersih
·        handuk
·        sabun
·        sikat lunak
prosedur kerja:                                                           
·      lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam tangan.
·      Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian sabuni dan sikat bila perlu.
·      Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk atau lap kering.

2)  Teknik mencuci dengan desinfeksi
Alat dan bahan:
·        Air bersih
·        Larutan desinfektan lisol/savlon
·        Handuk/lap kering

Prosedur kerja:
·        Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam tangan,
·        Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian dengan larutan desinfektan (lisol atau savlon)dan sikat bila perlu.
·        Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk atau lap kering.

3)        Teknik mencuci steril
Alat dan bahan:
·        Air mengalir
·        Sikat steril dalam tempat
·        Alkohol 70%
·        Sabun

Prosedur kerja:
·        Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam tangan.
·        Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian alirkan sabun(2-5 ml)ke tangan dan gosokkan tangan serta lengan sampai 5 cm diatas siku,kemudian sikat ujung jari,tangan lengan,dan kuku sebanyak kurang lebih 15 kali gosokan,sedangkan telapak tangan 10 kali gosokan hingga siku.
·        Bilas dengan air bersih yang mengalir
·        Setelah selesai tangan di bilas dan tetap diarahkan ke atas.
·        Gunakan sarung tangan steril.


            D. PELINDUNG DIRI

1.   Menggunakan sarung tangan
                        Sarung tangan digunakan dalam melakukan prosedur tindakan ,dengan tujuan mencegah terjadinya penularan kuman dan mengurangi resiko tertularnya penyakit.

            Alat dan bahan:
·        Sarung tangan
·        Bedak/talk

            Prosedur kerja:
·        Cuci tangan secara menyeluruh.
·        Bila sarung tangan belum dibedaki,ambil sebungkus bedak dan tuangkan sedikit,
·        Pegan tepi sarung tangan dan masukkan jari-jari tangan,pastikan ibu jari dan jari-jari lain tepat pada posisi,
·        Ulangi pada tangan kiri
·        Setelah terpasang kedua tangan cakupkan kedua tangan.

2.   Menggunakan masker
            Tindakan pengamanan dengan menutup hidung dan mulut dengan menggunakan masker,bertujuan untuk mencegah atau mengurangi transmisi droplet mikroorganisme saat merawat pasien.                                                       
             Alat dan bahan:
·        Masker
                        Prosedur kerja:
·        Tentukan tepi atas dan bawah bagian masker
·        Pegang kedua tali masker
·        Ikatan pertama,bagian atas kepala,sedangkan ikatan kedua berada pada bagian belakang leher.

3.      Menggunakan skort pelindung
      Skort yang dibuat dari bahan tahan lembab harus dikenakan jika ada kemungkinan kotor karena sekresi atau ekskresi. Penggunaan skort ini dapat mencegah terkontaminasi diri dan juga terkontaminasinya pakaian kerja dengan bahan infeksius. Skort hanya boleh dikenakan satu kali. Buanglah skort pada tempat yang sesuai setelah skort digunakan.

      Alat dan bahan :
·        Skort pelindung
                        Prosedur kerja :
·        Lepaskan jam tangan anda, dan letakkan di dalam handuk kertas
·        Cuci tangan anda
·        Kenakan skort pelindung dengan memasukkan ke dua lengan ke dalam lengan baju
·        Selipkan jari-jari anda di bawah dalam tali leher baju dan tariklah tali-tali tersebut ke belakang. Ikat tali leher tersebut dengan simpul yang sederhana
·        Raihlah bagian belakang dan tarik sisi skort sehingga seragam anda tertutup seluruhnya. Ikat tali pinggang skort dengan simpul sederhana
Caatatan : Jam tangan dapat di bawa masuk ke unit isolasi dan tetap berada di dalam handuk kertas sehingga dapat terus dilihat tanpa harus disentuh.
            Jika pasien menderita penyakit menular yang dapat  dengan mudah ditularkan ke orang lain, maka tekhnik-tekhnik khusus harus digunakan.  Pasien tersebut harus di isolasi. Setiap orang yang berhubungan dengan pasien harus melakukan tindakan isolasi yang tepat guna memutus rantai infeksi dan mencegah transmisi kuman.

              E. TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI
    
             Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah:
1.      Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme ,baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan. Contoh : Pencucian alat dengan menggunakan sabun.

2.             Antiseptik,yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
                   Contoh :
1.      Mencuci alat dengan cara biasa, lalu setelah kering dilanjutkan dengan mencuci menggunakan alkohol.
2.      Menuangkan alat dengan alkohol, lalu dibakar
                                        
3.             Dekontaminasi,tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman,terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan,alat-alat  kesehatan,dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh disaat prosedur dedah/tindakan dilakukan.

Penangan pasien sakaratul maut (Keterampilan Dasar Praktik Klinik)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
”Bimbinglah orang yang hendak mati mengucapkan (kalimat/perkataan): “Tiada Tuhan Selain Allah” (HR.Muslim).
Tak dapat dipungkiri kematian itu tak dapat dihindari dari kehidupan sehari-hari kita. Kematian tidak pandang bulu, anak-anak, remaja maupun orang dewasa sekalipun dapat mengalami hal ini.  Kita tak tahu kapan kematian akan menjemput kita. Kematian seakan menjadi ketakutan yang sangat besar di hati kita.
Proses terjadinya kematian diawali dengan munculnya tanda-tanda yaitu sakaratul maut atau dalam istilah disebut dying. Oleh karena itu perlunya pendampingan pada seseorang yang menghadapi sakaratul maut (Dying).
Sangat penting diketahui oleh kita, sebagai tenaga kesehatan tentang bagaimana cara menangani pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti dari penanganan pasien yang menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan perawatan yang tepat, seperti memberikan perhatian yang lebih kepada pasien sehingga pasien merasa lebih sabar dan ikhlas dalam menghadapi kondisi sakaratul maut.


B.     RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakakan suatu rumusan masalah adalah sebagai berikut : “ Cara Menangani Pasien Yang Sakaratul Maut / Hampir Meninggal
C.     TUJUAN UMUM

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.


D.    TUJUAN KHUSUS

a)      Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi  dan sumbangan pikiran yang bermanfaat bagi tenaga kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
b)      Sebagian bahan referensi bagi penulis dan juga bagi penelitian selanjutnya.















BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    PENGERTIAN

(1)   Sakaratul Maut (Dying)
Sakaratul maut (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.

(2)   Kematian (Death)
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Selain itu, dr. H. Ahmadi NH, Sp KJ juga mendefinisikan Death sebagai :
(a)    Hilangnya fase sirkulasi dan respirasi yang irreversibel
(b)   Hilangnya fase keseluruhan otak, termasuk batang otak
Dying dan death merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan suatu fenomena tersendiri. Dying lebih ke arah suatu proses, sedangkan death merupakan akhir dari hidup.      (Eny Retna Ambarwati, 2010)

(3)   Cabang Ilmu Yang Berkaitan Dengan Dying
(a)    Geriatri : Ilmu yg mempelajari penyakit pada lanjut usia (degeneratif).
(b)   Gerontologi : Disiplin ilmu diluar/cabang geriatri yang mempelajari aspek fisik, mental, dan psikososial yang ada pada lanjut usia. Untuk menunjang pelayanan geriatri bagi penderita lanjut usia. (dr. H. Ahmadi NH, Sp KJ,2009)

(4)   Penyakit Terminal
Penyakit yang sulit disembuhkan, seperti kanker stadium akhir,dll.


B.     DISKRIPSI RENTANG POLA HIDUP SAMPAI MENJELANG KEMATIAN

Pandangan pengetahuan tentang kematian yang dipahami oleh seseorang berbeda-beda. Adapun seorang ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang deskripsi rentang pola hidup sampai menjelang kematian adalah Martocchio. Menurut Martocchio, rentang pola hidup sampai menjelang kematian sebagai berikut :
1)      Pola puncak dan lembah.
Pola ini memiliki karakteristik periodik sehat yang tinggi (puncak) dan periode krisis (lemah). Pada kondisi puncak, pasien benar-benar merasakan harapan yang tinggi/besar. Sebaliknya pada periode lemah, klien merasa sebagai kondisi yang menakutkan sampai bisa menimbulkan depresi.
2)      Pola dataran yang turun.
Karakteristik dari pola ini adalah adanya sejumlah tahapan dari kemunduran yang terus bertambah dan tidak terduga, yang terjadi selama/setelah perode kesehatan yang stabil serta berlangsung pada waktu yang tidak bisa dipastikan.
3)       Pola tebing yang menurun.
Karakteristik dari pola ini adalah adanya kondisi penurunan yang menetap/stabil, yang menggambarkan semakin buruknya kondisi. Kondisi penurunan ini dapat diramalkan dalam waktu yang bisa diperkirakan baik dalam ukuran jam atau hari. Kondisi ini lazim detemui di unit khusus (ICU)


4)      Pola landai yang turun sedikit-sedikit
Karakteristik dari pola ini kehidupan yang mulai surut, perlahan dan hampir tidak teramati sampai akhirnya menghebat menuju kemaut.


C.    PERKEMBANGAN PERSEPSI TENTANG KEMATIAN

Di dalam kehidupan masyarakat dewasa, kematian adalah sesuatu yang sangat menakutkan. Sebaliknya, pada anak-anak usia 0-7 tahun kematian itu dalah sesuatu hal yang biasa saja, yang ada di pikirannya kematian adalah sesuatu hal yang hanya terjadi pada orang tua yang sakit. Mereka sangat acuh sekali dengan kematian.
Seiring dengan perkembangan usianya menuju kedewasaan, mereka mengerti tentang apa itu kematian. Karena itu berkembanglah klasifikasi tentang kematian menurut umur yang di definisikan oleh Eny Retna Ambarwati, yaitu :
(1)   Bayi - 5 tahun.
Tidak mengerti tentang kematian, keyakinan bahwa mati adalah tidur/pergi yang temporer.
(2)    5-9 tahun.
Mengerti bahwa titik akhir orang yang mati dapat dihindari.
(3)    9-12 tahun.
Mengerti bahwa mati adalah akhir dari kehidupan dan tidak dapat dihindari, dapat mengekspresikan ide-ide tentang kematian yang diperoleh dari orang tua/dewasa lainnya.
(4)   12-18 tahun.
Mereka takut dengan kematian yang menetap, kadang-kadang memikirkan tentang kematian yang dikaitkan dengan sikap religi.
(5)   18-45 tahun.
Memiliki sikap terhadap kematian yang dipengaruhi oleh religi dan keyakinan.
(6)   45-65 tahun.
Menerima tentang kematian terhadap dirinya. Kematian merupakan puncak kecemasan.
(7)   65 tahun keatas.
Takut kesakitan yang lama. Kematian mengandung beberapa makna : terbebasnya dari rasa sakit dan reuni dengan anggota keluarga yang telah meninggal


D.    CIRI-CIRI POKOK PASIEN YANG AKAN MENINGGAL

Pasien yang menghadapi sakaratul maut akan memperlihatkan tingkah laku yang khas, antara lain :
1.      Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan lembab
2.      Kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat
3.      Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat
4.      Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes
5.       Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima




E.     PENDAMPINGAN PASIEN SAKARATUL MAUT

Perawatan kepada pasien yang akan meninggal oleh petugas kesehatan dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum pasien meninggal. Tujuannya yaitu, :
a. Memberi rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah pada  pasien dan  keluarganya
b. Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien disekitarnya.
c. Untuk mengetahui tanda-tanda pasien yang akan meninggal secara medis bisa dilihat dari keadaan umum, vital sighn dan beberapa tahap-tahap kematian
a)      Pendampingan dengan alat-alat medis
Memperpanjang hidup penderita semaksimal mungkin dan bila perlu dengan bantuan alat-alat kesehatan adalah tugas dari petugas kesehatan. Untuk memberikan pelayanan yang maksimal pada pasien yang hampir meninggal, maka petugas kesehatan memerlukan alat-alat pendukung seperti :
b.  Disediakan tempat tersendiri
c.   Alat – alat pemberian O2
d.  Alat resusitasi
d. Alat pemeriksaan vital sighn
e. Pinset
f. Kassa, air matang, kom/gelas untuk membasahi bibir
g. Alat tulis
Adapun prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan oleh petugas dalam mendampingi pasien yang hampir meninggal, yaitu :
a. Memberitahu pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Mendekatkan alat
c. Memisahkan pasien dengan pasien yang lain
d. Mengijinkan keluarga untuk mendampingi, pasien tidak boleh ditinggalkan sendiri
e. Membersihkan pasien dari keringat
f. Membasahi bibir pasien dengan kassa lembab, bila tampak kering menggunakan pinset
h. Membantu melayani dalam upacara keagamaan
i. Mengobservasi tanda-tanda kehidupan (vital sign) terus menerus
j. Mencuci tangan
k. Melakukan dokumentasi tindakan
b)      Pendampingan dengan bimbingan rohani
          Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang komprehensif, karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter, terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.
          Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual pasien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali dianggap tidak penting oleh perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting terutama untuk pasien yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut dan seharusnya perawat bisa menjadi seperti apa yang dikemukakan oleh Henderson, “The unique function of the nurse is to assist the individual, sick or well in the performance of those activities contributing to health or its recovery (or to a peaceful death) that he would perform unaided if he had the necessary strength will or knowledge”,maksudnya perawat akan membimbing pasien saat sakaratul maut hingga meninggal dengan damai.
          Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien terminal karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat disembuhkan lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari (1977,53)orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup pasien meskipun harapannya sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal.
Dalam konsep Islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya seseorang terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan dimintai pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat pasien di rumah sakit. Dan fase sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan amal sholeh yang bisa menghadapinya dengan tenang dan senang hati. Ini adalah petikan Al-Quran tentang sakaratul maut,” Datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.”(QS.50:19).“ Alangkah dahsyatnya ketika orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut.” (QS. 6:93). Dalam Al-hadits tentang sakaratul maut. Al-Hasan berkata bahwa Rasulullah SAW pernah mengingatkan mengenai rasa sakit dan duka akibat kematian. Beliau bertutur, “Rasanya sebanding dengan tiga ratus kali tebasan pedang.” (HR.Ibn Abi ad-Dunya)
          Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga perawat harus membimbing pasien dengan cara-cara,seperti ini:
1.      Menalqin (menuntun) dengan syahadat. Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
2.      Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata yang baik.
Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda. Artinya : “Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir mati, maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.” Maka perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas dari jasadnya.
3.      Berbaik Sangka kepada Allah
Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, seperti di dalam hadits Bukhari“ Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah SWT.” Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi pada kita karena Allah mengikuti perasangka umatNya.
4.      Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
   Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat.
(Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)
5.      Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat
   Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw., hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat :
a)      Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah kiblat.
b)      Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.


F.     MORAL DAN ETIKA DALAM MENDAMPINGI PASIEN  SAKARATUL MAUT

Perlu diketahui oleh petugas kesehatan tentang moral dan etika dalam pendampingan pasien sakaratul maut. Moral dan etika inilah yang dapat membantu pasien, sehingga pasien akan lebih sabar dalam mengahadapi sakit yang di deritanya.
Dalam banyak studi, dukungan sosial sering dihubungkan dengan kesehatan dan usia lanjut. Dan telah dibuktikan pula bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan. Pemebrian dukuangan sosial adalah prinsip pemberian asuhan. Perilaku petugas kesehatan dalam mengeksperikan dukungan meliputi :
1.      Menghimbau pasien agar Ridlo kepada qadha dan qadarnya-Nya serta berbaik sangka terhadap Allah Swt.
2.      Menghimbau pasien agar tidak boleh putus asa dari rahmat Allah Swt.
3.      Kembangkan empati kepada pasien.
4.      Bila diperlukan konsultasi dengan spesialis lain.
5.      Komunikasikan dengan keluarga pasien.
6.      Tumbuhkan harapan, tetapi jangan memberikan harapan palsu.
7.      Bantu bila ia butuh pertolongan.
8.      Mengusahakan lingkungan tenang, berbicara dengan suara lembut dan penuh perhatian, serta tidak tertawa-tawa atau bergurau disekitar pasien
9.      Jika memiliki tanggungan hak yang harus pasien penuhi, baik hak Allah Swt (zakat, puasa, haji, dll) atau hak manusia (hutang, ghibah, dll). Hendaklah dipenuhi atau wasiat kepada kepada orang yang dapat memenuhi bagi dirinya. Wasiat wajib atas orang yang mempunyai tanggungan atau hak kepada orang lain.


G.    PELAYANAN HOMECARE

a)      Pengertian
Homecare adalah perawatan pasien di rumah yang melibatkan  anggota keluarga dalam proses perawatan dan penyembuhan pasien. Perawatan ini dibantu oleh tim kesehatan professional (dokter, perawat / fisiotherapist) yang bias di datangkan ke rumah pasien sewaktu-waktu jika diperlukan. 

b)      Manfaat :
1.      Pasien lebih dekat dengan keluarga sehingga menciptakan rasa aman dan nyaman antara pasien dan keluarganya
2.      Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien sehingga pasien tidak merasa diabaikan
3.      Meningkatkan kualitas hidup pasien
4.      Menghemat biaya
5.      Keluarga tidak kehilangan waktu dan tenaga untuk pergi-pulang ke rumah sakit

c)      Pasien Homecare
1.      Penderita lanjut usia yang tidak dirawat di rumah sakit tetapi masih memerlukan pelayanan kesehatan
2.      Bayi / Anak-anak yang berkebutuhan khusus dan memerlukan pelayanan kesehatan khusus untuk tumbuh kembang mereka
3.      Pasien pasca rawat inap dari rumah sakit
4.      Pasien yang dinyatakan oleh ahli medis bahwa penyakitnya parah dan secara medis tidak dapat disembuhkan lagi
Melihat pasien homecare di no. 4 menunjukkan salah satu metode tersebut sesuai dengan pasien yang menghadapi sakaratul maut. Perawatan secara teratur seorang pasien di rumah oleh tim medis (home care) bisa mengantarkan pasien yang menghadapi sakaratul maut mencapai khusnul khatimah atau kematian terbaik di tengah kehangatan keluarganya.
Meninggal dunia di rumah dengan ditunggui sanak keluarga tersayangmerupakan dambaan bagi setiap orang. Kebanyakan pasien yang tinggal di rumah, semuanya ditunggui oleh keluarga di waktu meninggal. Mereka meninggal antara pukul 00.00-06.00, disusul 06.00-12.00 dan 18.00-24.00. Penyebab kematian diduga karena stadium akhir.  (dr. Probosuseno, Sp.PD, K-Ger, 2010)
    Adanya perawatan di rumah tersebut membuat pasien merasa dibesarkan hatinya dengan adanya dialog, saling berbagi rasa dengan sanak keluarga sehingga bias mengurangi rasa sakit ataupun kesedihan yang dirasa.
    Homecare merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perawatan dalam menghadapi kondisi tubuh yang semakin rapuh. Perawatan homecare merupakan salah satu bentuk perawatan paliatif yang merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang manusiawi dengan tujuan menghilangkan penederitaan dan meningkatkan kualitas hidup penderita dan keluarga.


H.    HUBUNGAN PERAWAT-PASIEN

Hubungan interpersonal merupakan alat yang ampuh untuk membangun hubungan perawat-pasien. Mutu hubgan ini dimulai sejak pasien pertama kali bertemu dengan perawat, kemudian direfleksikan pada tingkat pencapaian tujuan asuhan keperawatan. Oleh karena itu perawat harus mampu menggunakan pengetahuan tentang teori-teori komunikasi dan pengembangan diri sehingga dapat membangun hubungan saling membantu (helping relationship).
Rogers dalam Stuar & Sundeen (1990), mendefinisikan hubungan saling membantu, yaitu suatu situasi yang salah satu pihak mempunyai niat untuk meningkatkan pertumbuhan, pengembangan maturitas, peningkatan fungsi, dan peningkatan kemampuan koping kehidupan pihak lain.
Hubungan perawat-klien menjadi inti dalam pemberian asuhan keperawatan, karena keberhasilan penyembuhan dan peningkatan kesehatan pasien sangat dipengaruhi oleh hubungan perawat-pasien. Terdapat beberapa konsep dasar tentang hubungan perawat-pasien yang sangat relevan dalam praktik keperawatan professional, yaitu konsep tentang hubungan empati, dan caring. (Kozier et al, 1997)
a)      Konsep empati
 Kemampuan seorang perawat untuk berempati kepada pasien mempunyai pengaruh besar terhadap hubungan perawat-pasien. Empati berarti kemampuan untuk masuk ke dalam kehidupan orang lain, sehingga dapat memersepsikan secara akurat perasaan orang tersebut dan memahami arti perasaan tersebut bagi yang bersangkutan. Empati menambah suatu dimensi lain bagi adanya saling pengertian di antara perawat-pasien. Sikap empati dapat membantu pasien mengerti dan mengeksplorasi perasaannya sehingga dapat mengatasi masalahnya (Potter & Perry, 1997)
b)      Konsep caring
Caring berarti mengandung 3 hal yang tak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab, dan dilakukan dengan ikhlas (Kozier & Erb, 1998). Ide tentang caring menyatu dalam hubungan membantu. Perasaan bahwa pasien diperhatikan sebagai individu membuat pasien merasa aman walaupun dalam keadaan sakit. Sikap perawat yang memrhatikan, mau membantu, dan menghargai pasien akan membantu mengurangi kecemasan pasien. Sikap caring juga akan meningkatkan kepercayaan pasien pada perawat.


BAB III
KESIMPULAN & SARAN

A.    KESIMPULAN

Perawatan kepada pasien yang menghadapi sakaratul maut (dying) oleh petugas kesehatan dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum pasien meninggal. Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual pasien sakaratul maut dengan memperhatikan moral, etika serta menumbuhkan sikap empati dan caring kepada pasien. Penanganan pasien perlu dukungan semua pihak yang terkait, terutama keluarga pasien dan perlu tindakan yang tepat dari perawat.
Metode homecare menjadi metode yang biasanya dipilih oleh pasien / keluarga pasien untuk merawat pasien sakaratul maut. Perawatan secara teratur seorang pasien di rumah oleh tim medis (home care) bisa mengantarkan pasien yang sekarat mencapai khusnul khatimah atau kematian terbaik di tengah kehangatan keluarganya.